PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD NATSIR

RESENSI BUKU

PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD NATSIR

Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia 1932-1942

Identitas Buku

Judul              :  PEMIKIRAN PENDIDIKAN MOHAMMAD NATSIR

Dalam Pengembangan Pendidikan Islam Di Indonesia 1932-1942

Penulis             :  Dr. CR. Wildan Hasan, M.Pd.I

Editor              :  Ade Chairil Anwar

Penerbit          :  Persis Pers Bandung

Cetakan           :  Pertama, 2024

ISBN                 :  978-623-98680-04-8

Tebal Halaman:  192 halaman , 14,5 x 20,5 cm

Harga Buku     :  Rp. 70.000

 

Tentang Penulis :

Dr. CR. Wildan Hasan, M.Pd.I . Lahir di Kabupaten Majalengka pada 21 Agustus 1980. Pernah menempuh pendidikan di bangku SDN 1 Sindanghaji lulus tahun1992, MTs PERSIS Majalengka lulus tahun 1996, Muallimin PERSIS Garut lulus tahun 1999. Program Sarjana S1 STID Mohammad Natsir Jakarta lulus tahun 2005, Program Magister (S2) Program Studi Pendidikan dan Pemikiran Universitas Ibnu Khaldun Bogor lulus tahun 2012, dan Program oktor (S3) pada program Studi Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Jakarta (UID) lulus tahun 2024.

 

Sinopsis Buku

Konsep pendidikan Mohammad Natsir adalah integral, harmonis dan universal.  Konsep pendidikan Islam yang integral, universal dan harmonis telah diterapkan di sekoah PENDIS.  Konsep-konsep itu adalah hasil ijtihad dan renungan Mohammad Natsir yang digali dari Al Quran dan Hadits (Tauhidi).  Pengalaman pendidikannya di Madrasah dan sekolah Belanda juga berpengaruh kepada pembentukan pemikiran pendidikannya.  Termasuk suasana politik dan sosial itu turut mewarnai corak pemikiran pendidikan Mohammad Natsir.

 

Status dan peran guru dalam pemikiran pendidikan Mohammad Natsir menempati posisi yang sangat penting. Mohammad Natsir menggambarkan guru sebagai makhluk di bidang pendidikan.  Guru hebat bagi Mohammad Natsir adalah guru yang mau berjuang dan rela berkurban.  Guru dan sekolah harus bisa mengembangkan bakat dan potensi yang dimilki peserta didik. Untuk tujuan itu Mohammad Natsir sangat mengutamakan peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru.  Oleh karenanya disamping pembangunan kualitas peserta didik dan fasilitas sekolah, pembangunan jiwa dan kesejahteraan guru harus diutamakan agar kualitasnya meningkat dan mampu memberkan pendidikan yang terbaik kepada peserta didik.

 

Mohammad Natsir ingin membuktikan kepada Belanda dan masyarakat bahwa pendidikan dan perguruan Islam mampu bersaing dengan pendidikan konvensional lainnya dan mencetak output yang berkualitas. Relevansi pemikiran Mohammad Natsir di dalam pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari Madrasah Negeri, sekolah-sekolah yang bernafaskan Islam serta pondok pesantren modern yang saat ini telah mengombinasikan antara pendidikan agama dan pendidikan umum, sehingga diharapkan peserata didik mampu menjadi generasi penerus bangsa yang cakap dalam intelektual, cerdas secara spiritual dan memiliki skill yang mumpuni sehinggga mampu tampil dalam persaingan global.  Pemikiran ini diistilahkan dengan Islamic Pragmatisme.  Yaitu menerapkan pendidikan Islam ideal tetapi realistis dengan tantangan dan kebutuhan zaman.

 

Pemikiran M.Natsir tentang pendidik mendekati pemikiran filosof Muslim.  Al-Ghozali semisal, menganjurkan agar setiap pendidik memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

  1. Seorang guru harus menaruh rasa kasih sayang terhadap murid-muridnya dan

memperlakukan mereka seperti perlakuan terhadap diri sendiri.

  1. Tidak mengharapkan balas jasa ataupun ucapan terima kasih, tetapi dengan

mengajar itu ia bermaksud mencari keridhoan Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya.

  1. Mencegah murid dari suatu akhlaq yang tidak baik dengan jalan sindiran, jika

mungkin dengan terus terang dengan jalan halus dan jangan mencela.

  1. Memperhatikan tingkat akal fikiran anak-anak dan berbicara dengan mereka

menurut kadar akalnya dan jangan menyampaikan sesuatu yang melebihi tingkat

daya tangkap para siswanya agar ia tidak lari dari pelajaran, atau bicaralah dengan bahasa mereka.

  1. Seorang guru harus mengamalkan ilmunya dan jangan berlainan kata dengan

perbuatannya

 

Kelebihan dan Kelemahan Buku

  1. Kelebihan Buku : Menginspirasi pembaca (khususnya para guru dan pengelola lembaga pendidikan) dengan ide-ide yang bagus dalam mewujudkan output bagi peserta didik, yakni menjadi peserta didik yang memadukan antara imtak dan iptek. Memiliki keimanan dan ketakwaan yang tinggi serta memiliki skill yang mumpuni dan dapat tampil dalam persaingan global.

Kekurangan Buku :

  1. Kurang mencantumkan teks Hadits Nabi yang terkait dengan pembahasan dalam buku.