RESENSI BUKU SEPORSI MIE AYAM SEBELUM MATI – RIRIH ROHMATUN

 

  1. Identitas buku

Judul              : Seporsi Mie Ayam Sebelum Mati

Pengarang      : Brian Khrisna

Editor             : Trian Lesmana

Cetakan ke-1  : Januari 2025

Penerbit         : Gramedia Widiasarana

Tebal             : 216 halaman

 

  1. Sinopsis Buku

Seporsi mie ayam sebelum mati adalah sebuah novel karya Brian Khrisna yang menyuguhkan cerita perjalanan hidup seorang Ale, pria berusia 37 tahun berbadan besar, berkulit gelap dan memiliki masalah dengan bau badan yang mengalami depresi akibat perlakuan buruk yang Ia dapatkan dari teman, lingkungan bahkan keluarganya sendiri. Ale merasakan kesepian, selalu dibuly, dan tidak punya teman untuk bercerita. Ale memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan menelan semua obat anti depresi yang Ia punya, namun ada satu hal yang terlintas dipikirannya sebelum mati adalah dengan makan seporsi mie ayam.

Ditengah perjalanan, Ale menemui hal-hal diluar dugaan yang membuatnya menyadari bahwa terkadang hidup di lingkungan yang tidak dibayangkan sebelumnya justru untuk pertamakalinya Ia merasa dimanusiakan dan diakui keberadaannya. Melalui kisah Ale, penulis menceritakan perjuangan seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental dengan segala kisah yang Ia lalui hingga akhirnya menyadari bahwa kunci untuk bisa bertahan hidup bukanlah selalu berpikir positif, tetapi mempunyai kemampuan dan kemauan dalam diri sendiri untuk menerima. “Untuk bisa sembuh, kamu harus merasakan sakit dulu. Untuk bisa mengenal kedamaian, kamu harus berperang dulu. Untuk bisa mengenal apa itu bahagia, kamu harus pernah sedih dulu. Untuk bisa bangkit melawan, kamu harus jatuh kalah dulu.”

  1. Kelebihan Buku
  • Novel seporsi mie ayam sebelum mati disajikan secara ringan dengan kisah yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Ditambah dengan menggunakan simbol mie ayam yang adalah salah satu makanan favorit masyarakat disemua kalangan. Cerita dalam novel ini semakin menginspirasi karena penulis juga melakukan riset dan wawancara langsung dengan penderita depresi dan juga berkonsultasi dengan psikolog ahli.
  • Novel ini juga seakan menjadi pengingat bagi kita yang tengah merasa lelah dengan kehidupan bahwa secercah harapan selalu bisa didapatkan meskipun harus melalui banyak kepahitan. Seperti yang disampaikan oleh sang penulis, kisah ini terinspirasi dari mereka yang pernah berada di titik terendah, sampai akhirnya menemukan alasan, sekecil apa pun, untuk bertahan dan memilih hidup sekali lagi.
  1. Kekurangan Buku

Alur yang cenderung lambat dan repetitif, sehingga bisa terasa jenuh bagi pembaca yang menyukai plot dinamis. Selain itu, tidak semua konflik dalam cerita terselesaikan, yang mungkin menjadi nilai filosofis bagi sebagian orang, namun bisa mengecewakan bagi pembaca yang menginginkan penyelesaian akhir yang tuntas.