Merdeka Belajar: Strategi Dunia Pendidikan Indonesia Merespons Perubahan

 

Merdeka Belajar: Strategi Dunia Pendidikan Indonesia Merespons Perubahan

 

Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Makarim menyatakan akan terus berinovasi melalui terobosan program Merdeka Belajar secara konsisten untuk melakukan transformasi sistem pendidikan di Indonesia.

“Sejak saya menjabat sampai saat ini termasuk di masa pandemi 10 episode merdeka belajar telah diluncurkan dan masih banyak lagi terobosan merdeka belajar yang akan dilakukan,” ujar Nadiem saat memberikan sambutan dalam upacara hari pendidikan nasional (Hardiknas) yang digelar Minggu (2/5/2021).

Menurut Nadiem, transformasi harus dilakukan agar dunia pendidikan di Indonesia yang sedang jalan di tempat bisa berubah menjadi sebuah lompatan kemajuan.

“Terobosan Merdeka Belajar dapat menyasar seluruh masyarakat mulai dari pendidik dan pelajar dari PAUD sampai pendidikan tinggi, orang tua, para wakil rakyat, pemda, organisasi kemasyarakatan sampai dunia usaha dan dunia industri dari Sabang sampai Merauke, MIangas sampai Pulau Rote,” katanya.

Menurut data Program for International Student Assessment (2018) yang diinisiasi oleh The Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia di lingkup global berada dalam peringkat 6 terbawah dari 79 negara. Dalam kategori membaca Indonesia berada pada peringkat 74 (skor 371), peringkat 73 (skor 379) untuk kategori matematika, dan peringkat 71 (396) untuk kategori sains (BBCNews 04/12/2019), mirisnya lagi peringkat ini cenderung stagnan dalam 10-15 tahun terakhir. Sejumlah pengamat menilai bahwa terdapat sejumlah permasalahan besar dalam sektor pendidikan kita mulai dari kualitas pengajar yang masih rendah, sistem pengajaran yang feodalistik, hingga kualitas lembaga pendidikan guru yang perlu banyak pembenahan. Belum lagi dampak pandemi Covid-19 yang secara potensial menyebabkan hampir jutaan anak Indonesia putus sekolah permanen karena faktor ekonomi yang memburuk.

Hal ini tentunya akan menjadi pekerjaan rumah yang cukup besar bagi pemerintah untuk memperbaiki banyak hal di sektor pendidikan mulai dari kebijakan, kualitas SDM pengajar, kurikulum, pendidikan karakter, hingga kultur dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, pemerintah bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu pembenahan di sektor pendidikan harus dilakukan dari sekarang.

Lalu, sebenarnya apa itu merdeka belajar dan bagaimana konsep tersebut bisa efektif dalam sistem pendidikan 4.0 yang akan segera diterapkan di semua level pendidikan? Berikut pembahasannya:

Konsep merdeka belajar sangatlah berbeda dengan kurikulum yang pernah ada dan digunakan oleh pendidikan formal di Indonesia. Konsep pendidikan baru ini sangat memperhitungkan kemampuan dan keunikan kognitif individu para siswa. Berikut garis besar konsepnya:

  • Asesmen kompetensi minimum

Perbedaan konsep pendidikan baru ini dengan kurikulum yang digunakan sebelumnya adalah, siswa diharapkan mampu menunjukkan kemampuan minimum dalam hal “literasi” dan “numerik.”

Fokusnya bukanlah sebanyak apa siswa mampu mendapatkan nilai melalui penugasan dari guru, tetapi bagaimana siswa mampu berpikir secara kritis menggunakan kemampuan kognitifnya.

Dalam bidang literasi misalnya, bila pada kurikulum sebelum-sebelumnya siswa lebih banyak diharapkan menghafal dan menerapkan materi yang mereka baca, dalam konsep asesmen kompetensi, siswa diharapkan bisa berpikir logis untuk mengabstraksi maksud dan tujuan dari materi.

 

 

Begitu juga dalam hal “numerik” atau pada pelajaran sains seperti fisika, kimia, khususnya matematika. Siswa tidak boleh hanya menghafal formula atau rumus, tetapi juga menemukan konsep dasarnya, sehingga mereka bisa menerapkannya untuk penyelesaian masalah yang lebih luas.

  • Survei karakter

Cukup melegakan bahwa pada akhirnya pemerintah mengakui pendidikan di Indonesia adalah investasi yang mahal. Sebab, setiap daerah memiliki keunikan manusia yang berbeda-beda dan tidak mungkin dipaksa untuk menerapkan satu sistem dengan indikator tetap.

Pada konsep survei karakter, pemerintah akan menilai secara menyeluruh terkait kualitas pendidikan di sekolah. Bukan hanya tentang hasil belajar, tetapi juga ekosistem dan infrastruktur pendidikan yang tersedia.

Dengan kata lain, pengembangan kualitas pendidikan bukan lagi tentang penerapan indikator kualitas tetap, tetapi berdasarkan data hasil survei terbaru terhadap sekolah.

  • Perluasan penilaian hasil belajar

Satu hal paling menarik dalam konsep “merdeka belajar” ini adalah adanya perluasan penilaian hasil belajar siswa yang tadinya hanya dari nilai ujian nasional, menjadi penugasan dan portofolio.

Kedepannya siswa akan diberikan ruang untuk bisa mengembangkan diri mereka sesuai minat dan bakat. Dengan cara ini, stigma siswa pintar dan bodoh diharapkan bisa segera dihilangkan. Sebab, manusia memiliki bakat alami yang berbeda-beda, dan tidak bisa ditentukan dengan tes formal.

  • Pemerataan kualitas pendidikan hingga ke 3T

Merdeka belajar juga dapat diartikan keadilan terhadap akses pendidikan yang setara bagi seluruh siswa di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah membuat kebijakan afirmasi dan pemberian kuota khusus bagi siswa yang tinggal di daerah 3T  (tertinggal, terdepan dan terluar ) di Indonesia.

Industri 4.0 adalah momen penting dalam pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebab, pada tahun 2030 nanti akan menjadi puncak dari bonus demografi Indonesia dengan 64% penduduk adalah angkatan kerja.

Kesiapan sumber daya manusia (SDM) Indonesia akan sangat menentukan keberhasilan kita dalam menghadapi persaingan di industri 4.0. Khususnya di daerah 3T yang masih memiliki tingkat kelahiran yang sangat tinggi. NZ/HRs