MENDIDIK DENGAN CINTA
RESENSI BUKU
MENDIDIK DENGAN CINTA
Identitas buku
- Judul : Mendidik dengan cinta
- Pengarang : Irawati Istadi
- Penerbit : Pro-U Media
- Cetakan : Pertama, Yogyakarta 2016
- ISBN : 978-602-7820-47-0
- Tebal halaman : 388 halaman
- Harga buku : Rp 72.900
Biografi Penulis
Irawati istadi. Pedidikan agama mulai mencuri perhatiannya ketika menempuh kuliah di ITS. Beliau juga mengajar di pesantren Hidayatullah Surabaya. Dari suaminya yang jebolan IKIP, Hamim Thohari inilah penulis lebih banyak lagi mempelajari segala sesuatu tentang pendidikan anak. Dipertajam lagi dengan kelahiran keenam buah hatinya. Dari celotehan dan pikiran lugu merekalah, penulis memeroleh pembelajaran paling berharga tentang praktik mendidik anak. Jatuh bangun membesarkan putra-putrinya inilah yang akhrinya mewarnai sekitar 80% dari isi buku-bukunya.
Resensi buku
Buku mendidik dengan cinta mencoba menguak seribu satu peluang yang sebenarnya bertebaran di sela-sela kehidupan orangtua dengan anak, yang sekilas tampak remeh, tetapi ternyata bisa dimanfaatkan untuk mengajarkan dasar-dasar ketauhidan, pendidikan akhlak yang mulia, serta kematangan berpikir. Setelah kesadaran itu muncul, buku ini juga menyajikan metode pendidikan yang lebih efektif sebagai penggantinya. Insyaallah, jika metode yang lebih tepat ini diterapkan, orangtua akan merasakan bahwa mendidik anak menjadi jauh lebih mudah.
Buku ini terdiri dari sembilan bagian, yaitu :
- Mendidik dengan cinta
- Seni berkomunikasi
- Seni kreativitas
- Mengelola area konflik
- Ragam dunia anak
- Pembentukan kepribadian
- Komunikasi anak orang tua
- Melejitkan potensi anak
- Dunia anak
Anak–anak memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda sesuai dengan bagaimana orang tuanya bertindak kepada mereka. Anak–anak harus diperlakukan dengan lembut sesuai dengan pengajaran Nabi Muhammad SAW. Mereka akan semakin membangkang apabila kita bersikap kasar dan memaksakan kehendak kita tanpa memperdulikan keinginan mereka. Pendekatan kepada anak harus dilakukan dari hati ke hati. Sabar adalah kunci utama yang diperlukan untuk mengambil hati anak-anak. Tentunya kita tidak mau tindakan-tindakan kita yang kasar ditiru oleh anak- anak kelak.
Di awal paragraf, penulis memberi contoh konflik yang biasa terjadi antara anak dan ibu. Setelah itu baru dipaparkan bagaimana kiat untuk mengatasi jika hal itu terjadi dan dipaparkan pula bagaimana membuat permainan yang edukatif serta pola makan sehat bagi anak.
Mungkin kita pernah menemui sosok ibu yang otoriter terhadap anaknya dan memperlakukannya seperti robot yang harus mengikuti apa yang menjadi perintah tuannya. Padahal anak juga seperti orang dewasa yang memiliki banyak keinginan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Jika orang tua bisa dengan baik berkomunikasi dengan anak, maka tidak akan ada kata caci maki yang keluar dari mulut sang ibu maupun anak. Tapi yang ada adalah kepatuhan seorang anak terhadap orang tuanya.
Mendidik dengan cinta adalah pola mendidik anak yang didasarkan kepada Al-Quran dan Al-Hadis, juga meletakkan kasih sayang orang tua sebagai modal utama dalam membesarkan, merawat, dan membimbing buah hatinya. Inilah pentingnya mendidik dengan cinta. Karena tauladan kita, nabi Muhammad juga telah mengajarkan kepada kita untuk mencintai anak-anak dan tidak mengeluarkan kata-kata yang tidak baik. Justru dengan kata-kata bijak dan lemah lembut, anak akan patuh terhadap apa yang orang tua katakan.
Pada bagian pertama yang membahas tentang menumbuhkan kepatuhan pada halaman 38 dijelaskan tentang wibawa orang tua. Sering kali perintah orang tua diremehkan oleh anak-anaknya. Didengar pun tidak. Dalam hal ini, kesalahan tidak mutlak berada pada anak. Sebaliknya orang tua segera sadar kemudian melakukan intropeksi, sudahkah ia memiliki kewibawaan? Untuk menumbuhkan wibawa orang tua, islam menawarkan satu resep sederhana. Dalam Al-Quran disebutkan : Bangunlah di malam hari (untuk sholat), kecuali sedikit (daripadanya), setengahnya atau kurangilah sedikit daripadanya, atau lebihkan daripadanya dan bacalah Al-quran perlahan-lahan. Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu qaulan tsaqilaan. (Q.S Al-Muzzammil : 2-5). Inilah janji Allah SWT bagi orang-orang yang melaksanakan shalat lail dan membaca Al-Quran dengan tartil di malam hari. Dijanjikan mendapat “qaulan tsaqilaan” atau perkataan yang berat (berwibawa)
Kelebihan buku :
Bahasa yang dipakai oleh penulis cukup sederhana dan mudah dipahami. Percakapan dan konflik yang biasa terjadi di antara orang tua dan anak, membuat pembaca bisa tergambar bagaimana menyikapi segala masalah yang terjadi dan bagaimana cara yang bijak untuk menghadapi anak. Kadang orang tua yang tidak sabaran, mereka akan memberi hukuman kepada anaknya. Sebenarnya hukuman bukanlah solusi yang tepat menurut si penulis. Karena hukuman tidak akan membuat anak berhenti untuk melakukan hal-hal yang tidak dilarang orang tuanya. Tapi malah sebaliknya, anak akan semakin menjadi-jadi dan tidak menghiraukan perkataan orang tuanya. Buku ini memberikankita tips–tips menangani sifat anak yang berbeda–beda. Buku ini disertai dengan contoh yang mudah dipahami dan diterapkan, serta memberikan ilustrasi gambar.
Kekurangan buku :
Buku ini disusun di kertas koran jadi agak sedikit kurang menarik dibandingkan kertas hvs. Ada ilustrasi yang membingungkan contoh pada halaman 33.
Oleh : Saptiawati