Bahagia Beragama Bersama Gus Baha
Resensi Buku Bahagia Beragama Bersama Gus Baha
oleh : Arofah Bahtiar
Judul | Bahagia Beragama Bersama Gus Baha |
Pengarang | Khoirul Anam |
Penerbit | Elex Media Komputindo, 2022 |
Tebal | 159 halaman |
Harga | Rp. 61.000 |
Gus Baha adalah oase di tengah merebaknya penceramah agama –atau orang-orang yang berharap dianggap demikian— yang lebih senang menampilkan agama sebagai sesuatu yang kaku dan bahkan cenderung wagu. Mereka kerap menampilkan wajah Tuhan sebagai sosok yang kejam dan penuh ancaman, padahal Tuhan adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Dengan penampilan dan model penyampaian yang sederhana, Gus Baha mengembalikan marwah agama yang sebenarnya, bahwa agama adalah sumber kebahagiaan. Bersama Gus Baha, agama terasa sangat mudah untuk dipahami dan diamalkan. Dan semoga dengan itu, ada banyak manfaat dan kebaikan yang bisa kita tinggalkan.
K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim, lebih dikenal sebagai Gus Baha (lahir 29 September 1970), merupakan ulama yang berasal dari Rembang. Gus Baha menikah dengan Ning Winda asal Pesantren Sidogiri Pasuruan. Ia dikenal sebagai salah satu ulama ahli tafsir yang memiliki pengetahuan mendalam seputar al-Qur’an. Ia merupakan salah satu murid dari ulama kharismatik, Kiai Maimun Zubair.
Gus Baha merupakan putra dari seorang ulama pakar Al-Qur’an dan juga pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3IA, Kiai Nursalim al-Hafizh, dari Narukan, Kragan, Rembang. Kiai Nursalim merupakan murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Mergoyoso, Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Bersama Kiai Nursalim, KH Hamim Jazuli (Gus Miek) memulai gerakan Jantiko (Jamaah Anti Koler) yang menyelenggarakan kajian Al-Qur’an secara keliling.
Dari silsilah keluarga ayah, Gus Baha’ merupakan generasi ke-4 ulama-ulama ahli Al-Qur’an. Sedangkan dari silsilah keluarga ibu, Gus Baha menjadi bagian dari keluarga besar ulama Lasem, dari Bani Mbah Abdurrahman Basyeiban atau Mbah Sambu.
Dilihat dari garis keilmuan para guru-gurunya, keilmuan Gus Baha menyambung hingga ke Rasulullah saw. Dimulai berurutan dari KH. Maimoen Zubair, Sarang: K.H. Abdul Karim, Lirboyo: Hadratusyaikh K.H. M. Hasyim Asy’ari, Tebuireng, Syaikh Mahfud, Termas: Sayyid Abu Bakar bin Muhammad Syatha; dan seterusnya hingga imam Syafi’i, kemudian Rasulullah.
Buku ini merupakan catatan pendek dari ceramah-ceramah Gus Baha yang beredar di berbagai platform media, mulai dari youtube, unggahan di facebook atau Instagram, hingga potongan-potongan video beliau di grup-grup WA.
Penulis menegaskan bahwa buku ini hanyalah catatan pendek dari ceramah-ceramah Gus baha, oleh karenanya kita tidak akan mendapati hujjah-hujjah atau dalil-dalil yang sebenarnya banyak sekali dari ayat Al Quran, Hadits maupun tafsir dan kitab kuning lainnya yang beliau sampaikan yang mana kita tidak temukan dalam buku ini. Menurut saya pribadi ketika kalian sudah mendengarkannya langsung ceramah atau pengajian beliau dan sudah dalam tingkatan mengikuti, maka ketika membaca buku ini seakan tidak puas karena banyak dari dalil yang tidak ditulis atau dari hujjah-hujjah yang beliau sampaikan, sedangkan jika kita lihat dari kata pengantar yang di sampaikan oleh Gus Reza dalam buku ini, banyak sekali dalil berupa hadits dan juga makolah para ulama salaf dalam Bahasa arab yang terdapat dalam kita kuning tertulis lengkap dengan artinya yang kita tidak temui dalam isi buku ini, seakan-akan ada sesuatu yang hilang dari pelengkap ceramah tersebut.
.Walaupun demikian buku ini yang berisi catatan pendek dari ceramah tersebut sudahlah dapat dipahami karena bahasanya yang gamblang dan juga Bahasanya yang dikemas sebegitu menarik. semoga buku ini menjadi acuan sang penulis untuk terus berkarya terus dan menyajikan yang terbaik kepada para pembaca.