Lukisan Kaligrafi
Data Cerpen
Judul : Lukisan Kaligrafi, Pengarang : Kiai A. Mustofa Bisri, Penerbit : Buku Kompas Jakarta, Tahun terbit beserta cetakannya : Cetakan I : 2003, cetakan 2 : 2005, cetakan III : 2008, Dimensi buku : – , Harga : –
Resensi Cerpen
Sebuah cerpen karya Kiai A. Mustofa Bisri yang berjudul Lukisan Kaligrafi yang dimuat dalam bukunya yang juga berjudul Lukisan Kaligrafi, menceritakan lukisan yang dibuat oleh seorang ustadz yang bernama Ustadz Bachri. “Alifku Tegak Dimana-Mana” adalah judul yang tepat untuk resensi Lukisan Kaligrafi. Cerita dalam cerpen ini dimulai ketika kunjungan kawan lama dari Ustadz Bachri yang bernama Hardi. Hardi adalah seorang pelukis terkenal dengan idealismenya sendiri yang melukis apa saja asal laku mahal. Hardi sama sekali tidak mengenal aturan penulisan kath Arab. Tak tahu bedanya antara Naskh dan Tsuluts, Diewany dan Faarisy, ataupun Riq’ah dan Khufi. Apalagi filsafahnya. Hardi akan menulis ayat Al-Quran yang dipilihnya dalam bentuk tertentu yang menurutnya sesuai dengan makna ayat, baik berupa mega, burung, macan, maupun tokoh wayang.
Ketika hendak akan kembali dari rumah Ustadz Bachri, Hardi melihat lukisan yang tertempel di atas pintu yang merupakan hasil karya dari Ustadz Bachri. Karena terpana melihat hasil lukisan Ustadz Bachri, Hardi meminta Ustadz Bachri untuk ikut dalam pameran lukisan yang akan dilaksanakan tiga bulan lagi. Namun Ustadz Bachri hanya mengangguk-angguk saja. Tak lama setelah itu, Ustadz bachri terobsesi dengan lukisan kaligrafi, mulai mencoret-coret kertas dikala sendiri, sampai dibelinya alat untuk melukis seperti cat, kanvas, dan kuas. Diubahnyalah gudang menjadi tempat untuk melukis.
Dimulainya melukis, namun ia merasa apa yang dilukisnya tidak sesuai dengan harapan, itu terjadi terus menerus sampai dia akan putus asa, namun sindiran anak dan istrinya membuat tekadnya kembali ada, melukis sebuah lukisan yang akan ia pamerankan. Selang tiga bulan berlalu, kurir yang dikirim oleh Hardi untuk mengambil lukisannya datang. Diberikan lukisannya kedapa kurir tanpa judul dan harga. Ketika dipamerkan ada yang menawar lukisannya seharga 10.000 dollar AS, kagetnya bukan kepalang karena yang ada dilukisannya hanyalah sebuah alif yang berdiri tegak dengan cat warna silver diatas putih. Hampir seluruh jaringan berita memberitakan tentang Ustadz Bachri dan lukisannya.
Lakunya lukisan alif dari Ustadz Bachri tidak lepas dari campur tangan Hardi yang memberi nama lukisan itu dengan “Alifku Tegak Dimana-Mana” dan harga sebesal 10.000 dollar AS. Sebuah huruf Alif yang dalam setiap ayat terdapat huruf tersebut entah itu berdiri sendiri, atau bersambung dengan huruf lain untuk menjadikannya sebuah bacaan yang panjang. Disini, Ustadz Bachri mengerti aturan kaligrafi namun tidak mengetahui banyak soal seni, terlihat seperti agama tanpa ilmu. Dimana menyebabkannya lumpuh, karena tidak bisa berkembang karena orang lain tidak bisa melihat keindahan dari agama yang disebarkan. Tapi dengan adanya Hardi, yang menambahkan unsur unsur permainan kata menjadikannya sebuah lukisan yang menjual.
Dari resensi ini ada beberapa pelajaran yang bisa kita ambil. Sebuah lukisan kaligrafi bukan hanya membutuhkan seni, namun juga membutuhkan pengetahuan dalam penulisan kath Arab. Kemudian dari usaha yang dilakukan oleh Ustadz Bachri, kita juga bisa mengambil pelajaran bahwa setiap usaha pasti akan membuahkan hasil, semakin keras usaha yang kita lakukan maka akan semakin besar hasil yang kita dapatkan. Itulah resensi yang dapat saya tuliskan setelah membaca cerpen Lukisan kaligrafi. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penggunaan kata-kata yang saya buat. Semoga bisa memotivasi pembaca dalam melukis Lukisan Kaligrafi.