Bagaimana Kurikulum Prototype Mengubah Pembelajaran ?

 

Bagaimana Kurikulum Prototype Mengubah Pembelajaran ?

 

Menjadi Berbasis Kompoetesi

Mengajar bukan menuntaskan konten, tapi menguasai kompetensi

 

Menjadi Pembelajaran Kontekstual

Mengajar bukan untuk menguasai teks, tapi memberdayakan konteks

 

Menjadi berorientasi Murid

Bukan mengajar pelajaran, tapi mengajar murid sesuai kesiapan, kebutuhan dan kemampuannya.

 

 

Perubahan Menjadi Berbasis Kompetensi

 

Pembelajaran orientasi pada ketuntasan  materi, sehingga mendorong strategi pembelajaran yang efisien, seringkali penyampaian materi 1 arah.

 

Pesan Perubahan

Mengajar bukan menuntaskan konten, tapi menguasai kompoetensi

 

Bukan melihat halaman buku teks tang belum diajarkan, tapi melihat kompetensi apa yang belum dikuasai murid melalui asessmen diagnosis/formatif. Penting bagi guru memikirkan diferensiasi pembelajaran yang bisa membantu murid menguasai kompetensi yang menjadi tujuan pembelajaran.

 

Apa yang Berubah ?

Integerasi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Tidak ada lagi pemisahan sikap, pengetahuan dan keterampilan dalam kurikulum prototype. Kembali pada konsep kompetensi yang seterusnya.

 

Meringkas materi, focus penguasaan kompetensi.

Kurikulum protoripe meringkas materi pelajaran agar pembelajaran tidak terbebani kontendan focus pada penguasaan komptensi.

 

Mendorong kedalaman melalui diferensiasi pembelajaran.

Materi yang ringkas membuat lebih banyak waktu bagi guru melakukan diferensiasi pembelajaran sesuai kondisi murid dan daerah.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Perubahan Menjadi Pembelajaran Kontekstual

Kondisi Saat Ini

Pembelajaran mengandalkan buku teks sebagai satu-satunya sumber belajar. Belajar banyak konten tapi tidak faham relevansinya dengan konteks kehidupan.

 

Pesan Perubahan

Mengajar bukan untuk menguasai teks, tapi memberdayakan konteks

Pembelajaran yang memfasilitasi murid mengenali potensi dan persoalan di sekitar, serta merumuskan, menguji dan mempromosikan solusi yang relevan dan memberdayakan konteks. Murid menggunakan pemahaman konsep untuk berkontribusi pada masyarakat.

 

Apa yang Berubah ?

 

Memberi porsi pembelajaran berbasis projek.

Kurikulum prototipe memberi porsi pembelajaran berbasis projek sebesar 20-30% jam pelajaran.

 

Memfasilitasi belajar melalui pengalaman

Pembelajaran berbasis proyek memfasilitasi murid belajar dalam memberdayakan konteks. Belajar melalui pengalaman yang memfasilitasi pengembangan karakter dan keterampilan yang diperagakan dalam kehidupan nyata.

 

Integrasi sejumlah kompetensi esensial

Pembelajaran berbasis projek memungkinkan murid belajar menguasai sejumlah kompetensi lintas pelajaran secara utuh.

 

Perubahan Menjadi Berorientasi Murid

Kondisi Saat ini

Pembelajaran berorientasi pada pencapaian target yang ditetapkan oleh pemangku kebijakan sehingga mengabaikan murid selaku subyek.

 

Pesan perubahan

Bukan Mengajar mencapai target, tapi mengajar murid sesuai kesiapan, kebutuhan dan kemampuannya.

Pemahaman terhadap kesiapan, kompetensi dan kebutuhan murid menjadi dasar dalam merancang, melaksanakan dan menyesuaikan pembelajaran. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang sesuai level yang tepat. (teaching of the right level).

 

Apa Yang Berubah ?

Tujuan  Pembelajaran lebih fleksibel

Tujuan pembelajaran tidak dikunci per minggu/bulan, tapi per fase (2-3 tahun) sehingga ada flesibilitas dalam merancang alur pembelajaran sesuai perkembangan murid.

 

Jam Pelajaran Lebih Fleksibel

Durasi layanan tidak dikunci pet minggu tapi per tahun sehingga satuan pendidikan fleksibel merancang kegiatan sesuai perkembangan murid.

 

 

 

 

 

Merancang alur tujuan pembelajaran.

Satuan pendidikan berwenang menerjemahkan capaian pembelajaran menjadi alur tujuan pembelajaran. Meski ada standar, tapi satuan pendidikan bisa kreatif merancang pembelajaran sesuai perkembangan murid.

 

Apa yang Paling Menarik

Hal paling menarik dari kurikulum prototype adalah manajemen perubahannya yang bertahap selama 5 tahun (2019-2024) sehingga memungkinkan adanya:

  1. Kesempatan belajar bagi guru dan satuan pendidikan.
  2. Pemberian umpan balik dari pelaku kepada kementrian & dinas pendidikan.

 

NZ/HRs