Kurikulum Merdeka Ciptakan Kreativitas dan Fleksibilitas Bagi Guru
Kurikulum Merdeka Ciptakan Kreativitas dan Fleksibilitas Bagi Guru
Kurikulum Merdeka menjadi salah satu program yang dilakukan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mengatasi ketertinggalan dan hilangnya pembelajaran (learning loss) di Indonesia. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menyampaikan saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima belas bahwa penyederhanaan kurikulum darurat dinilai efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19.
“Arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar Episode 15 ini adalah struktur kurikulum yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik,” terangnya saat peluncuran Merdeka Belajar Episode 15 secara daring pada Jumat (11/2).
Selain itu, berdasarkan survei terhadap beberapa sekolah penggerak yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka, para guru memberikan respon positif dengan adanya perubahan kurikulum tersebut.
Joko Prasetyo, salah satu guru di SMP Negeri 2 Temanggung, Jawa Tengah, telah menemukan paradigma baru dari Kurikulum Merdeka. Menurutnya, selama ini para guru merasa terbelenggu dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang harus dicapai setiap siswa. Akan tetapi, pada Kurikulum Merdeka, guru lebih menghargai proses belajar dan capaian siswa. “Dengan begitu kami para guru dapat lebih fleksibel dalam memberikan pembelajaran dan berkreasi semaksimal mungkin,” ujarnya.
Lebih lanjut disampaikan Joko, pembelajaran yang dilakukan di sekolahnya dengan menerapkan project by learning, misalnya dengan mengajak siswa ke tempat pembuangan sampah akhir (TPA) untuk mengetahui dampak sampah dan pemanfaatan atas limbah sampah. Selain itu, pada kearifan lokal, guru juga mengenalkan budaya lokal dari daerahnya seperti tari Wulanggatho yang berasal dari Temanggung.
Senada dengan Joko, perubahan juga dirasakan oleh Anggi, Guru SD Negeri 005 Sekupang, Kota Batam. Baginya, dengan menerapkan Kurikulum Merdeka guru dapat mengetahui minat, bakat, dan kemampuan siswa melalui asesmen pembelajaran. “Dari situ kami jadi bisa memetakan kebutuhan siswa, sehingga guru dapat menyusun metode serta strategi pembelajaran sesuai minat dan profil siswa,” jelasnya.
Menanggapi perubahan yang dirasakan para guru, Menteri Nadiem berharap agar semua guru di Indonesia mempunyai semangat untuk memulihkan pendidikan dan meningkatkan kualitas pendidikan dengan kurikulum merdeka dan platform Merdeka Mengajar yang akan membantu guru dan kepala sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran.
“Saya optimis jika semua sekolah mengerjakan project-project seperti yang disampaikan oleh pak Joko dan bu Anggi maka budi pekerti, Pancasila, rasa bangga akan kebinekaan Indonesia akan tercipta,” tutup Menteri Nadiem.
(NZ/HRs)