MIRAI KARYA MAMORU HOSODA

MIRAI KARYA MAMORU HOSODA

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Mirai

Penerjemah : Ninuk Sulistyawati

Penulis : Mamoru Hosoda

Halaman : 272 halaman

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020652788

Tahun Terbit : Juli 2021

Harga Buku : Rp. 85.000,-

Bahasa : Indonesia

Genre : Fantasi, Slice Of Life

SINOPSIS

Bercerita tentang sebuah keluarga kecil yang tinggal di kota Isogo, Jepang, yang terdiri dari ayah, ibu, dan seorang anak laki-laki bernama Kun yang mendapatkan perhatian sekaligus kasih sayang berlimpah dari kedua orang tuanya tersebut. Namun, saat Kun memasuki usia empat tahun, Mirai muncul dalam kehidupannya sebagai adik perempuan yang baru lahir ke dunia. Menurut pandangan Kun, Mirai telah mencuri perhatian serta kasih sayang orang tuanya dari dirinya. Untuk mendapatkan kembali atensi kedua orang tuanya, Kun pun mulai berulah dan bertingkah dengan membuat hal-hal yang memicu amarah kedua orang tuanya, bahkan Kun sampai tega untuk menyakiti Mirai demi mendapatkan perhatian orang tuanya yang mulai teralihkan dengan kehadiran Mirai. Hingga suatu hari, muncul sosok Mirai dari masa depan yang sudah beranjak remaja untuk memberitahu Kun jika sikapnya yang sering merajuk dan berulah adalah tindakan yang salah dan keliru. Mirai yang muncul dari masa depan ingin menunjukkan kepada Kun jika penilaiannya selama ini terhadap keluarganya adalah salah besar, dan Kun bisa tahu serta memahami apa yang dilakukan kedua orang tuanya selama ini untuk membuat Kun bahagia, alih-alih mengabaikannya hanya karena kehadiran Mirai. Pada akhirnya, dimulailah petualangan Kun dan Mirai di dunia ajaib yang absurd untuk membuka mata dan hati Kun yang tertutup rasa iri dan cemburu terhadap Mirai, agar mampu melihat ketulusan dan kasih sayang sesungguhnya yang diberikan keluarganya selama ini. Untuk membantu Kun beradaptasi dengan dinamika yang terjadi, dia dibawa dalam perjalanan yang luar biasa dengan melintasi ruang dan waktu. Dalam perjalanan ini, Kun bertemu dengan masa lalu, masa kini, dan masa depan keluarganya, saat ia belajar tidak hanya apa artinya menjadi bagian dari sebuah keluarga, tetapi juga apa artinya menjadi kakak laki-laki.

 

UNSUR INTRINSIK

  1. PENOKOHAN:
  • Protagonis : Mirai (memiliki karakter adik sekaligus tokoh utama dalam novel “Mirai” karya Mamoru Hosoda, seorang gadis yang datang dari masa depan. Ia memiliki kemampuan untuk pergi ke masa lalu dan membantu Kun, tokoh utama lainnya, dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Mirai digambarkan sebagai seorang adik yang memiliki tujuan untuk membantu Kun kakaknya dan membantu orang-orang lain dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidup mereka. Dalam novel, Mirai berperan sebagai seorang yang membantu Kun untuk mengatasi rasa cemburu dan menemukan tempatnya dalam dinamika keluarga yang berubah.)
  • Antagonis : Kun (memiliki karakter kakak yang cemburu pada awalnya dengan adik perempuannya ketika baru lahir. Kun merasa khawatir bahwa orangtuanya tidak akan menyayanginya seperti dahulu karena munculnya seorang adik. Ia selalu bertingkah, membuat keributan kecil di rumah, melawan ayah dan ibunya, dan sering menjahili adiknya sampai menangis. Kun tidak senang dan tidak suka pada adiknya.)
  • Tritagonis : Ayah, Ibu, Nenek, dan Kakek (memiliki karakter yang tidak diceritakan secara spesifik dalam detail, namun keduanya memiliki peran penting dalam membantu Kun, tokoh utama, dalam menghadapi perubahan yang terjadi dalam hidupnya dengan hadirnya adik perempuannya, Mirai. Mereka digambarkan sebagai orang yang mencintai dan memahami Kun, serta berupaya untuk menjaga keharmonisan dalam keluarga.)
  1. TEMA:

Menceritakan tentang cerita keberagaman keluarga dan pentingnya menerima perubahan dalam hidup. Novel ini mengisahkan kisah Kun, seorang anak laki-laki berusia empat tahun yang awalnya cemburu dengan adik perempuannya yang baru lahir. Suatu hari, Kun secara tidak sengaja berjumpa dengan seorang gadis remaja yang mengaku sebagai adiknya dari masa depan. Pertemuan ajaib ini membuka pintu perjalanan waktu bagi Kun, memungkinkan dirinya bertemu dengan ibunya saat masih kecil dan kakek buyutnya dalam masa muda. Petualangan penuh fantasi ini tidak hanya memberikan hiburan visual, tetapi juga memberikan pelajaran berharga tentang keberagaman keluarga dan pentingnya menerima perubahan.

  1. LATAR:
  • Tempat : Lingkungan rumah keluarga kun, dan Taman.
  • Waktu : Tanggal, tahun, hari, tidak diceritakan secara spesifik hanya waktu pagi, siang, sore, malam, dan musim seperti musim salju.
  • Suasana: suasananya berfokus pada perjalanan waktu yang menakjubkan sekaligus menyedihkan dan hangat karna jalan cerita yang berfokus pada kisah perkembangan kun.
  1. ALUR:

Menggunakan alur campuran yaitu maju dan mundur.

  1. SUDUT PANDANG:

Sudut pandang yang digunakan adalah dari perspektif anak kecil, yang memberikan pengalaman yang unik dan berbeda. Cerita ini menawarkan pengalaman yang sederhana namun memiliki makna yang mendalam, seperti yang biasanya terjadi dalam cerita dari sudut pandang anak kecil.

  1. GAYA BAHASA:

Gaya bahasa dalam novel “Mirai” karya Mamoru Hosoda dikatakan sebagai cerita yang menarik dan indah.

  1. AMANAT:

Cerita di novel ini pasti relate dengan kehidupan, bukankah kita seringkali melihat dalam sebuah keluarga kecil ketika anak-anak baru lahir dan bertumbuh, bukan perkara mudah untuk membuat sang adik diterima oleh sang kakak. Membaca cerita ini, aku seakan diajak menyelami pikiran seorang anak kecil berusia tiga tahun bernama Kun. Kun merasa bingung dan tidak suka ada sosok lain yang hadir di tengah keluarga kecil mereka. Kun tidak suka kehadiran bayi perempuan dalam gendongan ibunya yang baru pulang dari rumah sakit bersalin membuat perhatian orang tuanya berkurang padanya. Apa yang bisa diharapkan dari seorang bocah berusia tiga tahun. Kun hanya ingin perhatian orang-orang kembali berpusat padanya. Ia pernah memukul wajah adiknya, Mirai, dengan mainannya. Ia juga pernah bersikap jahil menyusun kue-kue di wajah sang adik. Kenakalan khas anak kecil yang meminta perhatian. Entah sungguhan atau hanya sekadar imajinasi anak kecil, Kun berkali-kali mengalami kejadian aneh. Salah satunya ketika bertemu dengan seorang pemuda yang mengajaknya menunggangi kuda. Hal ini membuatnya membulatkan tekad untuk belajar naik sepeda, dan akhirnya dia memang berhasil, meskipun ban depan sepedanya masih berjalan tidak stabil. Perisitwa aneh lainnya mampu membuat ia sadar dan akhirnya menyayangi Mirai dengan tulus layaknya seorang kakak menyayangi adik perempuannya, menyadari dan sekaligus merasakan rasa keluarga yang ada dalam cerita novel tersebut. Pada dasarnya manusia tidak akan ada habisnya tenggelam akan perasaan seperti apa yang dirasakan oleh kun itu. Pentingnya memahami dan memberikan perhatian yang sesuai dengan kebutuhan individu anak-anak. Dalam cerita ini, orang tua Kun dipertunjukkan sebagai contoh bagaimana mereka harus memahami dan memberikan perhatian yang sesuai dengan kebutuhan anak-anak mereka.

 

UNSUR EKSTRINSIK

  1. NILAI KEHIDUPAN:
  • Nilai Moral : Dalam hubungan dengan diri sendiri Novel ini menampilkan perubahan kepribadian Kun yang mampu mengatasi rasa cemburunya dan menemukan tempatnya kembali, Dalam hubungan dengan keluarga dimana mereka semua saling membangun rasa dan menghargai satu sama lain.
  • Nilai Budaya : Dalam buku ini juga ada unsur budaya Jepang, yaitu tentang festival boneka atau festival anak perempuan (Hinamatsuri). Perayaan ini merupakan acara keluarga di rumah, dan hanya dirayakan keluarga yang memiliki anak perempuan.
  • Nilai Sosial : Nilai sosial yang signifikan melalui cerita tentang perjalanan waktu dan interaksi antara Kun, seorang anak laki-laki berusia empat tahun, dengan adik perempuannya yang berasal dari masa depan ketika sedang remaja.
  1. BIODATA PENULIS:

Nama: Mamoru Hosoda

Tanggal Lahir : 19 september 1967

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Berikut sejarah sang penulis Novel Mirai Mamoru Hosoda. Ia lahir di Kamiichi, Jepang. Ayahnya merupakan seorang insinyur kereta api dan ibunya merupakan seorang penjahit. Ia terinspirasi dari film The Castle of Cagliostro karya Hayao Miyazaki sehingga membuatnya ingin menjadi animator. Ia mengambil jurusan Oil Painting di Sekolah Tinggi Seni Kanazawa. Lalu, setelah lulus ia diberi kesempatan bekerja di Toei Animation. Ketika mempunyai waktu senggang, ia mencoba membuat film animasi pendek dan mengirimnya. Ia mencoba melamar pekerjaan di Studio Ghibli, namun sayangnya ia menerima penolakan pujian dari Hazao Miyazaki. Selama menjalani karir di Toei Animation, ia sudah menggarap beberapa film seperti One Piece: Baron Omatsuri and Secret Island dan beberapa film pendek lainnya. Namun, tidak sampai disitu saja perjalanan karir Mamoru. Ia sudah banyak berkontribusi dalam membuat film animasi sampai pada akhirnya menghasilkan film Mirai yang mendapatkan nominasi Fitur Animasi Terbaik pada Oscar 2019 dan mengeluarkan Novelnya.

  1. KEKURANGAN NOVEL:

Mempunyai konflik yang ringan dan tidak menantang, sehingga membuat pembaca tidak akan merasakan ketakutan dan tertantang oleh ceritanya.

  1. KELEBIHAN NOVEL:

Novel dengan jenis bacaan yang bisa dinikmati oleh siapa saja, karena ceritanya sendiri terasa dekat dan hangat. Novel ini dapat kamu baca dalam sekali duduk saja, sebab ceritanya yang ringan dan sederhana akan mampu menghipnotis sekaligus membuat candu untuk dapat terus dibaca serta dinikmati, sehingga rasanya tidak dibutuhkan durasi waktu yang lama untuk melahap habis jalan ceritanya. Apalagi jika sudah berhubungan dengan keluarga, sudah bisa dipastikan akan melibatkan air mata di dalamnya. Di saat kamu membutuhkan rehat dan ketenangan di tengah hiruk pikuk kehidupan, rasanya Mirai akan menjadi bahan bacaan yang cocok untuk dicoba, sebab kesederhanaan yang ditawarkan seakan mampu menjadi obat penenang yang mendamaikan hati dan pikiran. Ceritanya bener-bener unik banget, dan tetap bisa mengambil banyak pelajaran dari kisah keluarganya Kun.

 

KESIMPULAN

Novel ini sangat bagus dibaca untuk para orang tua yang anaknya memiliki adik di usia yang masih kecil. Hal itu dikarenakan terkadang anak merasa cemburu karena perhatian orang tua menjadi terbagi sehingga ia merasa kurang diperhatikan. Itulah yang dirasakan oleh Kun.