Buya Hamka, Ulama Umat Teladan Rakyat

Identitas buku

  1. Judul             : Buya Hamka, Ulama Umat Teladan Rakyat
  2. Pengarang    : Yusuf Maulana
  3. Penerbit        : Pro-U Media
  4. Cetakan         : Tahun 2018
  5. Tebal              : 352 halaman

Resensi buku

Siapa tak kenal ulama  yang satu ini, Tafsir Al Azhar menjadi salah satu karya fenomenal dari Buya HAMKA. HAMKA yang merupakan akronim dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah memiliki kisah hidup yang begitu banyak bisa diteladani oleh umat islam khususnya dan masyrakat Indonesia umumnya. Kisah-kisah terbaiknya itu dikumpulkan oleh penulis dengan sangat apik dan membaginya menjadi 3 tema besar yaitu Arloji Hamka, Kopiah Hamka, dan Tongkat Hamka.

  1. Arloji Hamka

Arloji sangat berkaitan dengan waktu, oleh karenanya pada tema ini penulis mencoba merangkai perjalanan waktu Hamka melalui masa kecilnya hingga dewasa. Disini diceritakan bagaimana lucunya Hamka kecil dengan segala kenakalannya, layaknya anak-anak di usianya. Ada juga kisah ketika ia tidak bersemangat mengaji hingga akhirnya bertemu dengan kawannya yang membuat Hamka kecil menuntaskan pelajaran mengajinya bersama-sama.

Hubungan Hamka dengan Ayahnya yaitu Haji Rasul (Haji Abdul Karim Amrullah) yang menjadi peletak dasar Ia mengenal Islam hingga cerita tentang “Ujung Iman Dua  Bersaudara” menjadi catatan keluarga ini yang dibahas oleh penulis.

Tidak luput juga penulis menyelipkan kisah cinta Hamka muda yang terbakar api asmara, hingga bagaimana Hamka belajar tentang dunia pergerakan dengan tokoh di masanya yaitu HOS Tjokroaminoto, dan merasakan getirnya masa dicerca oleh masyarakat ketika ia pernah mengambil sikap kompromi dengan Jepang saat menjadi anggota dewan penasihat Agama daerah Sumatera Timur

  1. Kopiah Hamka

Kopiah dipakai orang di kepala, ketika dipakai oleh seseorang akan semakin terlihat kesempurnaannya manakala tegak kepala orang tersebut. Di tema ini penulis mencoba mengurai bagaimana Hamka menegakkan agamanya walau harus menelan pahitnya penjara.

Sikap tegas Buya Hamka terlihat misalnya dari penolakan terhadap Lotere Totalisator (Lotto) yang digagas sebagai upaya pencarian dana PON VII di Surabaya, atau upaya Buya bersama Muhammadiyah membendung kristenisasi yang marak terjadi, sampai kisah menanggalkan jabatannya sebagai pegawai negri untuk berfokus sebagai dai.

Selain ketegasan Buya terselip juga kisah pertemanannya dengan seorang budak, ada juga kisah bagaimana toleransi Buya ketika di lingkungan rumahnya dimana Islam terbilang minoritas, atau bagaimana sikap Buya ketika menghadapi seorang perempuan yang masih lengkap menggunakan pakaian tenis dan raketnya yang ingin belajar agama.

Masih banyak kisah lain yang menceritakan ketegasan di satu sisi dan kelenturan sikap Buya di sisi lain dalam menegakkan nilai-nilai syariat Islam sehingga masyarakat mampu memahami bagaimana harusnya seorang muslim menjalankan agamanya dengan benar

  1. Tongkat Hamka

Inilah bab yang merupakan tema perjuangan politik Buya Hamka. Sejak pertemuannya dengan Soekarno, kemudian berteman, hingga meruncing berbeda pandangan politik sampai akhirnya menerima wasiat Soekarno yang memintanya menyolatkan jenazahnya jika ia sudah tiada.

Ada juga kisah fitnah yang dialaminya ketika mewakili Indonesia dalam kegiatan Rabithah ‘Alam Islami, atau kisah dimana Buya di sangka kelewat pengikut tarekat, hingga cerita bagaimana gerak gerik mematai yang dilakukan negara terhadap Buya.

Semua kisah yang dituturkan penulis mengalir tanpa terasa membuat kita terkagum dengan sosok ulama pewaris nabi ini. Meski alur waktu yang seringkali lompat dari satu masa ke masa yang lain, tidak membuat pembaca kehilangan alur cerita yang hendak disampaikan oleh penulis. Meski belum sepenuhnya memberikan gambaran yang utuh dari Buya Hamka, buku ini sudah dapat kita gunakan untuk banyak mengambil manfaat dari kisah-kisah perjalanan hidup Buya untuk dapat diteladani dalam kehidupan kita.

Oleh : Fauzan Haq