Sekolah Apa Ini?

RESENSI BUKU

  1. Identitas buku
  2. Judul : Sekolah Apa Ini?

 

  1. Pengarang : Gernatiti, Karunianingtyas Rejeki, Sri Wahyaningsih

 

  1. Penerbit : Insist Press

 

  1. Cetakan : Pertama, Juni 2019

 

  1. Tebal : 239 halaman

 

 

 

  1. Sinopsis Buku

SALAM adalah sebuah sanggar belajar sederhana di pinggir Kota Yogyakarta yang telah menginisiasi praktik belajar yang memerdekakan sejak tahun 2002. Keresahan terhadap pemerintah yang telah melakukan kekerasan sistemik terhadap pendidikan di Indonesia membuat SALAM tidak lagi menggunakan kurikulum seragam buatan pemerintah, melainkan kurikulum otentik yang digali dari dalam hidup dan kehidupan anak-anak itu sendiri. Sekolah tanpa mata pelajaran, tanpa guru, dan tanpa seragam.

 

  1. Pendidikan Jiwa Merdeka

SALAM mendasarkan laku pendidikannya pada konsep pendidikan jiwa merdeka yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara. Tidak ada paksaan di SALAM sebab setiap anak dianugerahi inisitaif belajar. Pada dasarnya setiap anak terlahir dengan dorongan belajar yang kuat, tidak ada seorang pun yang mengancam anak untuk belajar menyusu, makan, dan berjalan.

 

Tidak ada mata pelajaran di SALAM. Kurikulum yang dikembangkan adalah kurikulum otentik yang didasarkan kepada kodrat alamiah yang dimiliki oleh masing-masing anak. Sejak sekolah dasar, anak-anak di SALAM telah dikenalkan dengan istilah ‘riset’. Riset di sini bukan lah riset ilmiah yang dilakukan oleh orang dewasa, melainkan disesuaikan dengan jenjang usia belajar anak. Setiap riset yang dilakukan oleh anak-anak berangkat dari kegiatan mengamati, melakukan percobaan, dan mencatat hasilnya. Riset tentunya didasarkan kepada apa yang menarik minat dan bakat anak sehingga setiap anak akan belajar melakukan riset yang berbeda-beda.

 

Prinsip pendidikan jiwa merdeka di SALAM bukan berarti bebas semaunya sendiri. Seperti dasar pendidikan Sistem Among, kemerdekaan individu selalu dibatasi oleh kemerdekaan individu lain. Batasan di SALAM berbeda dengan di sekolah-sekolah konvensional yang berupa sebuah aturan dan hukuman. Aturan biasanya dibuat sepihak oleh pihak yang berkuasa sedangkan di SALAM lebih menekankan kesepakatan yang melibatkan semua pihak. Bagi mereka yang melanggar kesepakatan akan menjalani konsekuensi, bukan hukuman.

 

  1. Sekolah Kehidupan

Semua riset yang dilakukan anak berangkat dari peristiwa sehari-hari yang sangat membantu dalam memahami konsep riil. SALAM menunjukkan bahwa sebuah pengetahuan yang diajarkan di sekolah dapat ditunjukkan melalui aktivitas sehari-hari manusia. Oleh karena itu, memfasilitasi berkembangnya kesadaran anak akan nilai atau prinsip dalam laku hidup akan melampaui batasan dogmatik.

 

Ruang belajar anak begitu luas, tidak tersekat oleh tembok dan lain sebagainya. Mereka kadang menyusuri dan melompat di pematang sawah, berjalan di jalan saluran irigasi, atau mengamati hewan-hewan di sekitar sawah. Anak-anak akan melihat, mendengar, dan mengalami banyak peritiwa sepanjang waktu. Ekosistem belajar di SALAM secara terus-menerus melibatkan semua elemen. SALAM menyadari bahwa anak memiliki kodrat untuk selalu terhubung dengan Tuhan, alam natural-sosial, dan dirinya sendiri.

 

  1. Tidak Ada Guru

 

SALAM menyebut para pendamping sebagai fasilitator, seseorang yang memfasilitasi anak untuk belajar, bukan guru. Fungsi fasilitator bukan sebagai pengajar melainkan sebagai pemantik rasa ingin tahu serta mendampingi anak-anak menemukan sendiri pengetahuannya. Fasilitator selalu menahan diri untuk tidak menggurui sebab tugasnya adalah menghormati dan menghargai keunikan setiap individu.

 

Fasilitator tidak pernah membandingkan anak satu dengan yang lainnya. Setiap anak memiliki keistimewaan masing-masing yang perlu digali. Banyak kejadian yang justru membuat fasilitator belajar banyak dari anak. Sehingga proses belajar bukanlah pengajaran melainkan sebuah dialog interaktif antara fasilitator dan anak. Keterlibatan orang tua sebagai fasilitator juga membuat SALAM semakin kokoh dalam menjalankan Tri Sentra pendidikannya.

 

  1. Kelebihan buku :

Buku ini disusun dengan bahasa yang sangat lugas dan komunikatif, sehingga mudah dipahami. Selain itu terdapat cerita nyata sebagai penguat dari penjelasan setiap bagian Bab nya.

 

  1. Kelemahan buku :

Terdapat beberapa ilustrasi gambar akan tetapi tidak berjudul /bertema sehingga kurang di mengerti

makna ilustrasinya apa.

 

 

Oleh : Ririh Rohmatun,S.Pd