Resensi Buku “Max Havelaar”

  1. Identitas Novel
    1. Judul Novel : Max Havelaar
    2. Penulis : Multatuli (Eduard Douwes Dekker)
    3. Penerbit : Mizan
    4. Tebal buku : 480 halaman
    5. Tahun terbit : Februari 2020

 

  1. Sinopsis Novel

Max Havelaar merupakan novel yang dituliskan oleh Multatuli, yang sebenarnya merupakan nama samara yang bernama asli Eduard Douwes Dekker, seorang mantan pegawai pemerintah Hindia-Belanda. Novel ini bercerita berawal dari seorang makelar kopi yang bernama Batavus Droogstoppel (biasa dipanggil tuan Droogstoppel) yang memiliki usaha bernama “Last&Co” yang merupakan firma makelar kopi yang tinggal di Belanda. Seorang makelar kopi ini dikisahkan bagaimana keadaan di Belanda yang memang ia melihat bahwa ekonomi Belanda sendiri pun sedang lusuh dan banyak pengusaha yang gulung tikar karena itu, sehingga ia menuliskan sebuah novel yang akan mndapatkan keuntungan untuk dirinya.

Pada suatu hari, tuan Droogstoppel menemui pemuda bernama Scarfman. Scarfman seorang penulis yang berdedikasi pada mimpinya untuk mewujudkan karyanya akan terlihat suatu saat nanti. Melihat tuan Droogstoppel mempunyai banyak uang dan koneksi dengan orang-orang penting, Scarfman ingin tuan Droogstoppel membantu dia untuk mempublish hasil karya dia tetapi keinginan ini tidak bisa dipenuhi oleh tuan Droogstoppel, tetapi sebagai gantinya Scarfman dikerjakan sebagai karyawan di perusahaan dia.

Kemudian, ada sosok lelaki bernama Stern yang merupakan pekerja baru di perusahaan Droogstoppel. Stern kehilangan motivasi untuk menulis karyanya dia tetapi tuan Droogstoppel meminta dia untuk tetap menulis. Stern menyetujui itu dengan syarat dia menulis apa yang ia inginkan, tuan Droogstoppel tidak senang akan hal itu tetapi tetap menyetujuinya.

Stern tidak ingin menulis cerita tentang kegiatan pelelangan perdagangan kopi karena ia pikir tidak ada orang yang mau membaca cerita tentang alur seperti itu. Kemudian dia memutuskan untuk menulis buku tentang apa yang terjadi di Hindia-Belanda dan menggunakan tokoh utamanya yaitu adalah Max Havelaar.

Max Havelaar, seorang pria idealistis yang berperan sebagai Asisten Residen Banten Kidul/Selatan, merupakan bagian dari pegawai pemerintahan Hindia-Belanda. Meski pemerintah Hindia-Belanda ingin Max untuk mengontrol penduduk dan eksploitasi mereka, Max mempunyai rencana lain untuk itu, dengan merombak sistem dengan menolong para penduduk pribumi dan tinggal dengan bebas. Ketika tuan Droogstoppel melihat alur itu dia menjadi histeris tetapi ia memilih lanjut karena sudah jauh cerita yang ditulis oleh Stern.

Max Havelaar memiliki istri bernama Tina. Tina merupakan sosok yang cantik dan baik, dia mendorong Max untuk menolong penduduk pribumi dan berbicara tentang mereka pada pertemuan dewan di Hindia-Belanda. Istri Max pun berbaur dengan penduduk pribumi, sehingga menyebabkan dia berbeda dengan dari istri dari pegawai pemerintah di Hindia-Belanda yang lain. Max sangat mencintai Tina dan dia melakukan apa saja apa yang dikatakan oleh istrinya.

Max akhirnya memiliki reputasi yang baik dari kalangan penduduk pribumi, mereka datang ke Max untuk meminta bantuan kepadanya. Max memberikan apa yang dia bisa karena dia benci dengan ketidakadilan yang mereka alami dibawah pemerintahan Hindia-Belanda. Akan tetapi, Max terlalu baik dengan mereka dengan memberikan uang yang banyak sehingga dia terjebak ke dalam hutang yang ia perolehh.

Tina tidak mengeluh ataupun protes tentang Max terjebak dalam hutang. Tina tahu apa yang dilakukan oleh Max untuk memperbaiki dan memberikan kehidupan para pribumi menjadi lebih baik. Akan tetapi, dia menerima bahwa mungkin ada saatnya ketika dia harus menempatkan keluarganya sendiri di atas penduduk asli, atau mereka tidak akan mendapatkan apa-apa.

Max melakukan perjalanan dan bertemu dengan beberapa penduduk pribumi dan menawarkan bantuan. Max mengajukan petisi kepada anggota dewan di pertemuan lokal untuk  adanya campur tangan dalam menyediakan kondisi kerja dan perumahan yang lebih baik. Mereka tidak mendengarkannya. Sebaliknya, mereka menawarinya sebuah rumah baru di kompleks yang aman. Para dewan berharap Max menghabiskan lebih banyak waktu di sana, mengerjakan kebijakan Belanda, daripada berbicara dengan penduduk pribumi.

Max melihat betapa berbedanya kehidupan di Eropa dibandingkan dengan Hindia Belanda. Dia mencatat bahwa banyak dari kita tidak tahu betapa istimewanya kita. Komentarnya tidak cocok dengan Droogstoppel, yang mencurigai bahwa Stern memiliki agenda politik radikalnya sendiri.

Pada akhir cerita di buku Max Havelaar ini, sebenarnya Scarfman yang menulis dibawah identitas Stern. Scarfman ingin menulis tentang kisah Max, melalui bagaimana rusaknya kebijakan kolonial Barat. Tuan Droogstoppel tahu bahwa ia tidak ada kuasa untuk memberhentikan kisah itu dan bahkan dia akhirnya menyetujui atas tulisan yang dibuat oleh Scarfman bahwa buku ini dapat menjadi langkah pertama dalam reformasi kebijakan kolonial, dan pada prosesnya banyak penguasaha seperti tuan Droogstoppel mengalami kehilangan segalanya.

 

  1. Kelebihan Buku
    1. Buku mempunyai alur cerita yang bagus dan kompleks, sehingga para pembaca tidak bisa menebak akhir dari cerita kalau tidak membaca secara keseluruhan.
    2. Bahasa yang digunakan sesuai dengan ejaan pada saat ini.
    3. Ditulis dengan menggunakan orang lain, dan orang lain yang membuat buku itu ada (Multatuli, menulis tentang orang Belanda dan salah satunya ada Stern, Stern menulis tentang inti dari kisah buku ini), sehingga seperti membuat cerita di dalam cerita ibaratnya.
    4. Sudut pandang tidak hanya satu, tetapi ada sudut pandang orang pertama dan ketiga yang menjadi utama cerita.
    5. Berisi kritik tentang pemerintahan Belanda, berdasarkan kisah nyata tetapi menggunakan orang yang tidak nyata atau fiksi. Sehingga tidak ada yang bisa menggugat tokoh ini karena dibuat dari tokoh yang tidak nyata dan dibuat-buat. Akan tetapi kisah mirip seperti keadaan Hindia-Belanda pada saat itu.

 

  1. Kelemahan Buku
    1. Buku ini harus dibaca semua, apabila hanya membaca sebagian atau beberapa halaman, tidak akan tahu alur cerita yang sebenarnya.
    2. Sudut pandang yang tidak hanya satu, akan menyulitkan para pembaca untuk mencoba mengikuti alur kisah di buku ini.
    3. Buku ini banyak memfokuskan kepada kehidupan sehari-hari pada semua tokoh secara detail sehingga kemungkinan membuat para pembaca untuk mencari inti dari kisah ini butuh waktu yang lama.

Oleh : Rani Batavia