IMAJINASI, PROBLEMATIKA, KOMPLEKSITAS (WAJAH PENDIDIKAN IN

RESENSI BUKU

IMAJINASI, PROBLEMATIKA, KOMPLEKSITAS (WAJAH PENDIDIKAN INDONESIA)

Harga : 88.000

Judul : Imajinasi Problematika Kompleksitas

Penulis : Anggi Afriansyah

Penerbit : Tanda Baca

Tahun Terbit : 2021

Halaman : 283 hlm.

Kategori : Esai

Kelas : Pendidikan

ISBN : 978-623-97149-9-4

Tahun ajaran baru kembali tiba. Orang tua berbondong-bondong menyekolahkan anak ke sekolah-sekolah. Dari yang sekolah swasta sampai yang negeri. Mulai dari sekolah biasa sampai sekolah paling favorit. Sekolah masih dipercaya menjadi penentu nasib. Mereka ingin nasib anak-anak lebih baik dengan memberi pendidikan yang layak lewat sekolah. Pendidikan yang didamba mampu membawa anak menuju kesuksesan dan masa depan yang cerah. Sayangnya,  kualitas pendidikan kita rendah, bahkan jika dibandingkan negara-negara Asean. Hal ini, terlihat dari laporan UNESCO (EFA Report 2007) yang menurunkan posisi Indonesia dalam peringkat indeks pendidikan EFA Development Index (EDI) dari posisi 58 ke 62 dari 130 negara.

Lagi, data indeks pembangunan manusia Indonesia (HDI) juga berada pada peringkat bawah dibanding negara ASEAN. Yakni pada urutan 102 (tahun 2002), 111 (2004), 110 (2005) dan sekarang 107. Semantara negara ASEAN lainnya, Sri Lanka (99), Filipina (90), Thailand (78), Malaysia (63). Data tersebut cukup menjelaskan sistem pendidikan kita belum mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) berdaya saing unggul. Padahal, jelas bahwa modal utama menghadapi tuntutan zaman adalah pendidikan. Melalui buku yang ditulis Ahmad Bedhowi dan kawan-kawan ini, kita didedahkan seabrek data yang menjelaskan potret pendidikan saat ini yang belum menunjukkan kemajuan signifikan. Bahkan, berbagai masalah klasik masih menjadi persoalan yang belum tertangankan.

Kondisi kebangsaan saat ini dihadapkan dengan pelbagai problem seperti kekerasan, intoleransi dan radikalisme, politik yang penuh kebencian pengabaian penguatan karakter kebangsaan, marginalisasi kepada kelompok minoritas, maupun kesenjangan dan ketimpangan sosial. Janji pencerdasan bagi anak bangsa tidak boleh menjadi harapan kosong sehingga pembenahan di sektor pendidikan menjadi krusial. Proses pendidikan berkontribusi besar terhadap konstruksi mental anak-anak bangsa. Ruang pendidikan menjadi arena strategis untuk internalisasi nilai-nilai kehidupan. Melalui pendidikan wajah bangsa ini dilukiskan. Buku bertajuk Imajinasi, Problematika, Kompleksitas: Wajah Pendidikan Indonesia ini merupakan refleksi penulis terhadap situasi pendidikan di negeri ini. Imajinasi tentang Indonesia yang maju dan sejahtera tetapi juga diimbangi oleh kesadaran akan pelbagai problematika dan kompleksitas yang ada saat ini menjadi cerminan dari wajah pendidikan dewasa ini.

Buku yang ditulis Anggi Afriansyah ini merupakan kumpulan esai yang tersebar di media nasional dan daerah baik cetak maupun online seperti Kompas, Media Indonesia, Detik.com, Jawa Pos, Koran Jakarta, dll. Buku setebal (i-xi) 282 halaman ini memuat 52 tulisan yang dikelompokkan dalam enam tema besar yaitu (1)wajah pendidikan di Indonesia, (2) problematika pendidikan di Indonesia, (3) relevansi ajaran Ki Hajar Dewantara dalam konteks kiwari, (4)sekolah: penguatan dialog, pancasila, anti kekerasan, (5)menguatkan siswa membaca, (6)pergulatan pendidikan di pesantren. Sebagaimana judulnya, esai-esai dalam buku ini menyorot ihwal pendidikan di tanah air. Lewat tulisan-tulisannya, Anggi ingin merefleksikan situasi pendidikan di negeri ini. Dan juga mengimajinasikan Indonesia yang maju dan sejahtera tetapi diimbangi oleh kesadaran akan wajah pendidikan nasional yang penuh problematika dengan kompleksitasnya. Sebagai peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional, mengapa Anggi harus menulis isu pendidikan? Diakuinya (hal.vii-ix), ketertarikannya terhadap isu pendidikan didasari dua alasan. Pertama, alasan personal. Anggi berasal dari keluarga guru. Bukan hanya Bapak atau Mamanya. Tetapi kedua orangtuanya adalah guru.

Darah guru ini juga diwariskan kepadanya. Ia masuk keguruan di Universitas Negeri Jakarta. Dan pernah menjadi guru sebelum bekerja di BRIN sekarang. Itulah mengapa dunia pendidikan sangat dekat dan lekat dengannya. Kedua, alasan subtansial. Anggi melihat situasi kebangsaan saat ini dihadapkan dengan berbagai problem: kekerasan, intoleransi dan radikalisme, politik yang penuh kebencian, pengabaian penguatan karate kebangsaan, marginalisasi kelompok minoritas, kesenjangan dan ketimpangan sosial. Kondisi ini memanggilnya mendalami isu-isu pendidikan dan menuliskannya. Karena mengutip Ki Hajar Dewantara, pendidikan harus memerdekan. Karena itu orientasi pendidikan harus selaras dengan penghidupan dan kehidupan bangsa. Saya merekomendasikan buku ini untuk orang yang ingin mendalami pendidikan di tanah air. Isu pendidikan nasional di kupas tuntas di sini