MELACAK GERAKAN PERLAWANAN DAN LAKU SIRITUAL PANGERAN DIPONEGORO

JUDUL BUKU          :  MELACAK GERAKAN PERLAWANAN DAN LAKU SIRITUAL PANGERAN DIPONEGORO

PENGARANG          : Peri Mardiyono, 1982
EDITOR                     : Abdul Malik

PENERBIT                : Yogyakarta : Araska 2020

DESKRIPSI               : 284 halaman

ISBN                           : 978-623-7537-48-9

HARGA                        :  RP. 28.440,-

 

  1. ABSTRAKSI

 

Buku ini mengupas sejarah perjalanan hidup Pangeran Diponegoro dari mulai sejak lahir, pada masa pembuangan hingga wafatnya. Selain itu, buku ini juga mengupas laku spiritual yang membuat Pangeran Diponegoro menjadi tokoh paling kuat dan paling masyhur di antara pangeran-pangeran lain yang ada di Keraton Yogyakarta.
Secara khusus buku ini mendetailkan gerakan perlawanan Pangeran Diponegoro mulai dari titik nol sampai ditangkap oleh Belanda hingga kemangkatannya dalam pembuangan. Sisi spiritualitas disajikan untuk menekankan niat dan tekad Pangeran Diponegoro dalam perjuangannya.

Buku ini menceritakan perjuangan Pangeran Diponegoro dalam menjungkirbalikkan kegagahan Kolonial Belandabeserta antek-anteknya yang pada saat itu sedang berkuasa di Yogyakarta. Pada masa itu, Pemerintah Kolonial Belanda berupaya menyudahi riwayat kepahlawanan di Jawa dengan menempuh jalan kerdil.

Pangeran Diponegoro merupakan putra sulung dari Hamengku Buwono III ( Sultan Raja ) dan Raden Ayu Mengkarwati (seorang selir). Beliau lahir pada tanggal 11 November 1785. Pangeran Diponegoro atau yang pada saat itu dikenal dengan nama B.R.M. Ontowiryo, menghabiskan masa kanak-kanak di lingkungan Kraton. Namun, Setelah HB I wafat dan HB II diasingkan oleh Daenldles, Ratu Ageng memerintahkan agar R.A. Mengkarwati membaw anaknya ke Tegalrejo. Hal ini dikarenakan kehidupan Kraton sudah tidak kondusif.

Ketika di Tegalrejo, Ia dibesarkan dan dididik layaknya seorang bangsawan, sekaligus seorang santri yang taat beragama dalam suasana pendidikan keislaman. Berkat didikan neneknya (Ratu Ageng), Diponegoro kecil tumbuh sebagai seorang muslim yang taat. Bahkan dalam kehidupan sehari-hari, Diponegoro mencontoh dan mengikuti sifat Nabi.

Setelah cukup dewasa, Pangeran Diponegoro mulai membangun rumah tangganya sendiri. Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat mengenai jimlah istri beliau. Ada sumber yang menyebutkan beliau menikah dengan tujuh orang istri dan ada yang berpendapat beliau menikan dengan delapan orang wanita.

Pangeran Diponegoro yang merupakan figur utama Peramg Jawa 1825-1830, ternyata memiliki kehidupan yang cukup menarik. Dalam kaitannya gdengan perang, orang melihat beliau sebagai sosok ksatria Jawa atau prajurit panglima perang yang pilih tanding. Disisi lain, Pangeran Diponegoro juga memiliki kemampuan berimajinasi dan kreativitas yang tinggi. Pangeran Diponegoro tidak bisa berbahasa Melayu dan Belanda dengan baik. Bila marah kepada pejabat Belanda, beliau cenderung berbahasa Jawa Ngoko.

Pada tahun 1825-1830, Pangeran Diponegoro melakukan pemberontakan yang mengakibatkan Pemerintah Kolonial Belanda menjadi kalang kabut. Pemberontakan ini dilatar belakangi oleh sikap kesewenag –wenangan Belanda kepada para penghuni Kraton Yogyakarta serta masyarakat sekitar Kraton. Perlawanan Pangeran Diponegoro ini kemudian disebut sebagai Perang Jawa.

 

  1. KEKURANGAN DAN KELEBIHAN BUKU

Kekurangang buku ini terletak pada bagian awal kisahnya yang kurang bisa dipahami, sehingga pembaca sedikit bingung.

Kelebihan buku ini yaitu terletak pada nilai moralnya yang didalamnya dapat kita petik pelajaran tentang bagaimana cara kita menghargai orang lain.

 

  1. SARAN DAN KESIMPULAN

Saran bagi penulis, akan lebih baik jika ceritanya lebih jelas lagi, sehingga pembaca tidak bingung dan semakin tertarik untuk menbaca buku ini. Buku ini sangat cocok untuk para pelajar dan orang tua, karena selain kita mempelajari sejarah, buku ini juga mengandung nilai moral yang dapat kita ambil pelajarannya untuk bekal hidup kelak. Hal yang perlu kita petik dari buku ini adalah jangan mudah menyerah untuk meraih apa yang kita cita-citakan, meskipun banyak rintangan yang harus dihadapi, kita harus tetap semangat utuk menggapainya.