IRAMA ORANG-ORANG (MENOLAK) KALAH

IDENTITAS BUKU

Judul Buku                 : Irama Orang-Orang (Menolak) Kalah

Penulis                        : Irfan R. Darajat

Tebal Buku                : xiv + 162 halaman

Penerbit                      : Margin Kiri

Tahun Terbit             : 2023 (Januari)

ISBN                           : 978-602 -0788-37-1

 

SINOPSIS

IRAMA ORANG-ORANG (MENOLAK) KALAH

Dangdut Koplo, Politik dan Kemapanan

 

Meski pada awalnya kerap dipandang sebagai musik kelas bawah, dangdut koplo kini nyatanya dianggap mampu mewakili beragam karakter. Gabungan karakter ini membuatnya cenderung menjadi alat politik dan medan pertarungan untuk meraih kuasa dan pengaruh atas banyak orang. Musik koplo beroperasi di pinggiran, berlangsung di panggung-panggung kecil, dibesarkan oleh penonton dan ekosistem ekonomi informal yang menyokong produksi musiknya. Suatu daya besar dari masyarakat yang mengundang banyak decak kagum, sekaligus juga intrik dan konflik. Pada awal kemunculannya, pihak-pihak tertentu mengeklaim bahwa dangdut koplo “bukan dangdut yang sebenarnya”. Oleh mereka, dangdut koplo dipandang sebagai pertunjukan penuh “goyangan liar”, keluar dari pakem dangdut, dan dekat dengan pembajakan.

Fakta-fakta ini mendorong Irfan R. Darajat meriset tentang bagaimana otoritas budaya bekerja hendak menertibkan apa yang dangdut dan apa yang bukan. Lewat buku ini, ia mengedepankan analisis wacana atas sejumlah informasi di media, demi menjelaskan relasi kuasa dalam praktik musik dangdut koplo. Irfan menghadirkan dangdut koplo sebagai teks yang memproduksi wacana tertentu, dan mengajak pembacanya untuk mempertanyakan kemapanan dominasi wacana atas moralitas, identitas musikal, dan ilegalitas. Sebuah observasi atas relasi kuasa dalam musik, serta usaha untuk menolak tunduk pada wacana dominan pemurnian musik dangdut.

Penelitian ini hendak mengungkap bagaimana kekuasaan bekerja pada ranah musik populer, terutama musik Dangdut. Penelitian ini berangkat dengan menelusuri teks-teks pencekalan yang dihadirkan oleh Rhoma Irama kepada Inul, dan lebih jauh lagi kepada musik berirama dangdut koplo. Dalam teks tersebut ditemukan wacana besar yang dihadirkan oleh Rhoma Irama yang divoniskan terhadap dangdut koplo, yaitu wacana identitas musikal (irama), wacana moralitas, dan wacana legalitas. Dengan telaah analisis wacana kritis, peneliti menjabarkan bagaimana kekuasaan bekerja pada wilayah teks, praktik diskursif, dan praksis sosial yang dihadirkan oleh Rhoma Irama melalui teks-teks pernyataan dalam media, teks syair lagu, hubungan antar teks tersebut, dan praksis sosial yang mengandung unsur semiosis. Dangdut koplo (atau Koplo) adalah sebuah bentuk musik dangdutdaerah yang berasal dari Pantai Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Praktik dalam musik dangdut koplo menunjukan ada beberapa elemen yang patut diperhatikan dalam jenis musik, bentuk pertunjukan, teks dan tema syair lagunya, sertapola produksi dan distribusi musiknya. Dari praktik sosial tersebut terkandung unsur semiosis yang kemudian dapat ditelaah sebagai sebuah wacana. Wacana yang dihadirkan oleh dangdut koplo ini kemudian akan ditempatkan sebagai wacana perlawanan atau alternatif dari wacana dominan yang dihadirkan dangdut pada wilayah industri musik arus utama, terutama dalam hal ini dangdut Rhoma Irama. Dengan demikian akan terlihat bagaimana kekuasaan bekerja melalui wacana, sebagai kuasa dominan dan sebagai wacana perlawanan pada ranah musik dangdut.

 

KELEBIHAN BUKU

Buku ini serius, tapi juga bisa kamu baca sambil membayangkan apa yang terjadi antara seteru Rhoma dan Inul, bisa sambil gosip. Irfan tegas sekali dalam menyajikan pemikirannya. Marjin Kiri, yang selalu saya suka, berani ambil jalan menerbitkan buku-buku yang punya usia panjang. Saya rasa buku ini akan menjadi rujukan bagi siapa saja yang tertarik meneliti dangdut, dangdut koplo, dangdut pop, dangdut pantura, dan sebagainya.

Buku ini berbicara soal praktik kuasa pada musik dangdut khususnya dari adanya dangdut koplo. Seakan ada sebuah ‘gerbang’ yang didobrak, di mana penjaganya tak terima batasannya yang dilanggar. Pertanyaannya, siapa pembuat ‘gerbang’? Dan mengapa ‘gerbang’ itu dibuat dan membatasi? Buku ini berfokus pada fenomena pencekalan Inul Daratista beberapa tahun silam. Selain itu juga menyoroti tentang bagaimana dangdut berkembang. Meski saya bukan pendengar dangdut yang budiman, buku ini menarik untuk dibaca sekaligus berguna untuk mengasah pemahaman kita akan kuasa-kuasa yang ada di sekitar.

KEKURANGAN BUKU

Tergelitik oleh imajinasi Nuraini Juliastuti dalam pengantar untuk melihat koplo sebagai teori kuasa. Sebab, sebagaimana yang berhasil dijelaskan oleh buku ini, koplo benar-benar memiliki kekuatan untuk menguji dan menggoyang kemapanan. Menariknya, dalam dua kasus yang dibahas, keduanya menampilkan perempuan sebagai subjek yang menggoyang kemapanan melalui koplo.
Pertama, Inul dengan goyang ngebornya. Saking kuatnya efek goyang Inul, banyak yang panik/ketakutan sampai melancarkan berbagai wacana supaya ia berhenti ngebor. Kedua, Prista dengan curahan hatinya mengenai pekerja migran yang kemudian dijadikan lirik lagu. Kasusnya sangat menunjukan potensi koplo untuk dijadikan siasat bagi “orang-orang (menolak) kalah”. Kasus Prista inilah ternyata yang ada di balik judul buku ini.