“TANGERINE GREEN”

RESENSI BUKU “TANGERINE GREEN”

OLEH : ANDINI EKA PUTRI

 

 

 

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Tangerine Green

Penulis : Cho Nam Joo

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit : 2023

Jumlah Halaman : 206 Halaman

Sinopsis :

Ada empat sahabat yang bergabung dalam klub film di SMP Shin Yeong Jin. Cha So-ran, yang sering merasa tersisih dan tidak percaya diri; Kim Da-yun, yang disukai orang tapi kesepian; Lee Hae-in, yang mengalami kesulitan setelah keluarganya jatuh miskin; dan Song Eun-ji, yang pernah mengalami trauma masa kecil. Ketika keempat sahabat itu berlibur ke Pulau Jeju pada akhir tahun kedua SMP, mereka mengucapkan janji impulsif yang mungkin akan mengubah masa depan mereka. Janji yang sangat sederhana, tetapi juga janji yang diucapkan dengan niat dan tujuan yang sama sekali berbeda dalam hati masing-masing. Novel ini bercerita tentang kisah dan latar belakang keempat sahabat itu, tentang masa lalu mereka, keluarga mereka, jalan pikiran mereka, dan persahabatan mereka. Terutama sekali, novel ini akan mengajak kita berpikir kembali tentang arti persahabatan.

Malam itu begitu pekat dan hitam sampai langit dan laut tidak bisa dibedakan. Kebingungan mereka sepekat malam itu. Mereka tidak yakin pada perasaan satu sama lain, bahkan tidak yakin pada perasaan mereka sendiri.

Kelebihan :

  1. Kemampuan penulis dalam menggambarkan/mendeskripsikan keadaan sebuah kota di Korea melalui narasi yang sangat bagus sehingga pembaca dapat memvisualisasikan keadaan tersebut dari narasi yang dituliskan oleh penulis.
  2. Cerita yang menggambarkan arti persahabatan dari empat sahabat yang memiliki jalan hidup berbeda yang akan membuat pembaca akan tersentuh dengan setiap perbedaan yang dimilikinya.
  3. Mencantumkan beberapa kata – kata bahasa Korea disertai dengan terjemahannya di bagian catatan kaki.

Kekurangan :

  1. Alur cerita dalam novel ini sedikit lambat.
  2. Alur cerita sering berubah, kadang maju atau mundur tanpa diberikan keterangan waktu pada saat alurnya berubah.
  3. Kurang dalam penerjemahan cerita, karena ada beberapa bagian cerita yang terasa janggal saat dibaca akibat penerjemahan yang kurang tepat.